Selasa, 11 Januari 2011

Cerita Masa Lampau



Elisa Sii Princesz Mungill 26 Agustus 2009 jam 12:59

Aku rasa aku mulai lelah dengan semua ini.
Aku rasa mungkin aku tak akan sanggup bila terus seperti ini.
Aku tak menyalahkanmu.
Dan aku tak menyalahkan siapa pun.
Tapi jujur aku takut.
Nyatannya aku terlalu rapuh untuk terus seperti ini.
Dan ketika kamu dan aku tidak bisa berkata.
Terjebak dalam situasi yang tak bisa dehentikan.
Maka ijinkan aku berhenti.
Sebelum aku bener-benar jatuh. Dan hancur…………..

Hahaha…. Puisi gadis penuh dilema dalam selubung ketidakpastian. Saya ingat apa yang saya rasakan.. situasi yang sangat menyakitkan. Rasannya ingin menyerah dari keadaan yang menyesakan dada seperti itu… aku sungguh lelah dan ingin segera mengakhiri segala ketidakberdayaan. Kisah saat itu adalah saat saya bisa saja menjadi “penjahat” bagi someone. Tapi bukannya saya membela dirri atau apa, saya juga berusaha seminimal mungkin menjadi peran antagonis. Meski hati ini terasa dituduk-tuduk jarum, meski air mata yang terus mengalir membanjiri area wajah nan bulat ini. Saya tak peduli. Saya hanya ingin tak ada lagi yang akan merasa sakit hati.
Saya akui saya bukanlah malaikat yang selalu melakukan kebajikan di seluruh penjuru dunia. Tetapi, saya juga bukanlah seorang “Iblis” yang senantiasa berbuiat kedzaliman kepada sesama. Saya hanyalah gadis kecil yang tak mengerti pahitnnya cinta. Hanyalah gadis kecil yang sedang berusaha menggapai semua impiannnya. Dan saya hanyalah gadis kecil yang ingin belajar dari apa yang terjadi. Dan hanya gadis kecil, hamba Allah yang bergelimang dosa.
Setelah beberapa waktu berjalan, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, saya berfikir, setelah menimbang, mengingat dan seterusnnya. (hehe). Saya memutuskan untuk berhenti. Berhenti berharap kayak lagunya Shela on Seven jaman dulu. Bukan karena saya menyerah dan bukan pula karenan saya kalah. Tetapi karena saya adalah Elisa. Gadis kecil yang hanya ingin bahagia, tanpa mengambil kebahagiaan siapapun. Saya memutuskan untuk pergi menjauh karena saya sudah sangat sakit dengan kebohongannya. Saya memutuskan berhenti mengharapnnya, karena saya tau kebimbangannya. Saya memutuskan untuk melepaskannya karena saya tau ada yang menunggunnya dengan linangan air mata. Saya memutuskan untuk mengakhiri karena seharusnnya hal ini tak pernah dimulai.
Saat itu hati saya bimbang, tapi harus yakin. Saat itu hati saya menangis, tetapi mulut saya harus tersenyum. Saat itu hati saya hancur, tapi saya akan berkata SAYA BAIK-BAIK SAJA.
Namun manusia hanya berencana, tetapi Allah lah yang menentukan. Pada akhirnya kisah ini berjalan tanpa pernah saya bayangkan seperti ini. Dan seperti yang saya bilang. TERNYATA SEMUA MEMANG BAIK-BAIK SAJA. Dan saya berharap Dia, saya dan kamu akan selalu BAIK-BAIK SAJA.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Template by:

Free Blog Templates