Aku sedang mengotak atik foto sampul
facebookku ketika tiba-tiba Praha-Milanisti-si-aktivis-seumur-hidup
itu memberi pesan singkat. “Aku kirim artikel ke e-mailmu” katanya. Aku
tersenyum saja. Aku browsing internet
memang berniat hendak mengambil naskah kirimannya setelah membaca smsnya
darinya pagi tadi.
“Baru mau aku buka Mas.” Sahutku
sambil asik dengan foto-foto narcisku. Setelah memilih-milih foto, aku pun menguploadnya dan meninggalkan halaman facebook. Aku segera membuka halaman gmailku yang sedari tadi loading sangat lama. Wifi kampus lola bung!
“Klunting!” tiba-tiba terdengar
suara pesan masuk lagi di facebookku.
Karena gmail masih loading juga, aku kembali beralih ke facebook. Rupanya Mas Praha lagi. Ia mengirimkan
sepotong anekdot. Bunyinya begini:
Seorang Guru matematika bertanya kepada
murid-muridnya:
Guru : “Seandainya pesawat Boeing
747 Lion Air dipiloti oleh penyabu, dan mengangkut 560 orang anggota DPR RI,
meledak di ketinggian 1000 feet dan jatuh di pegunungan berbatu tajam dengan
kemiringan 45 derajat, berapa kemungkinan yang selamat?”
Murid-murid menjawab serempak dan
tegas : “Yang selamat 250 Juta rakyat Indonesia, Bu!”
ahihihiihihihihiii”
Aku tersenyum membacanya. Sebuah sindiran
halus yang langsung mengena melihat kondisi bangsa saat ini. Ironis memang,
tetapi ini adalah sebuah fakta! Sebuah realita yang berkeliaran di sekeliling
hidup kita.
Para “wakil rakyat” yang ada di
gedung megah sana layaknya lintah penghisap darah rakyat. Layaknya vampir yang
meminum darah korbannya hingga pucat pasi. Tidak berdarah lagi.
Di setiap gedung-gedung
pemerintahan, cobalah tengok parkiran! Tidak beda jauh dari showroom mobil mewah. Sangat ironis jika
dibandingkan dengan kemiskinan dan kemelaratan yang diderita rakyat Indonesia.
Ah tragis! Lebih tragis lagi ketika
aku menyadari bahwa aku tidak bisa melakukan apa pun untuk merubah keadaan.
Betapa memalukannya. Aku jadi teringat diskusi dengan teman-teman IMM di Linggo
ketika DAD Sabtu kemarin.
Masalah-masalah sosial begitu kental
di sekitar kita. Bahkan beberapa calon-aktivis-muda-luar-biasa (Gyaa.... berasa
udah tua jadinya), sangat antusias ketika membahas permasalahan lokal.
Examplenya nih di Pekalongan, yang lagi booming
banget, pendataan dan penertiban tenaga honorer juga perumahan tenaga honorer
ilegal. Bacalah: Pemecatan!!!
Ratusan tenaga honorer yang sudah
mengabdi tahunan, diberhentikan begitu saja seolah tidak berarti. Aku jadi
teringat nasib tenaga honorer yang mengabdi di SDku. Seorang kawan yang dipertemukan
secara tidak sengaja. Apakah dia juga diberhentikan? Setelah hampir tiga tahun
ini menempuh perjalanan Doro-Petungkriyono yang kalau melihat kondisi jalannya,
lebih mudah untuk mengatakan itu adalah sungai kekeringan ketimbang jalan. Naik
motor sampai berasa naik kuda karena buruknya kondisi jalan. Harus
diberhentikan?????
Mengerikan!!!!!
Pagi tadi, aku membaca koran,
untunglah ada beberapa pembelaan dari kalangan pendidikan. Banyak orang yang
berpendapat bahwa hal ini kurang benar, terkait masih kurangnya tenaga pendidik
di Jawa Tengah.
Tetapi kok tidak ada pembelaan dari
dinas kesehatan? Bukankah pemecatan juga terjadi di rumah sakit-rumah sakit.
Imbasnya terkena pada perawat dan bidan yang sudah mengabdi tahunan? Bekerja
shift siang-malam-pagi yang sangat melelahkan harus berhenti begitu saja? Lagi-lagi
aku hanya bisa mengehela nafas. Akankah kita diam saja?
Dikampusku yang notabenenya adalah
program studi kesehatan juga tidak ada gerakan kok. Lagi pada sibuk praktek dan
belajar! Hehehe...
What should
i do? Aku kembali merenung, sekarang para “Bapak pejabat yang terhormat” sedang
sibuk menjauhi KPK. Mencari payung perlindungan agar “aman.”. Lalu masihkah
mereka ingat dengan amanah yang mereka emban sebenarnya?
Jalanan rusak, kemiskinan, putus
sekolah, kemelaratan, pemecatan, pengangguran, PHK, dan bla bla bala.... banyak
masalah ternyata. Lagi-lagi aku hanya mengehela nafas panjang. (Lagi?????)
0 komentar:
Posting Komentar